Langganan:
Posting Komentar (Atom)
cintailah kehidupan sebagaimana engkau mencintai dirimu
PERKEMBANGAN MASA REMAJA
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
Apa yang masih bisa dilakukan?
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake)antara 1 - 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
( Jangan membunuh )
Pada zaman dahulu kala, ada sebuah hutan yang indah banyak rusa yang hidup di
Untuk mengenang peristiwa itu, raja menamakan taman itu “Taman Rusa Liar’. Seperti halnya manusia, hiwan pun punya perasaan. Kita tidak semestinya membunuh mereka demi kesenangan atau olahraga. Itu tidak baik dan egois.
IKAN ASIN DAN REMPAH – REMPAH
(bersahabat dengan orang baik)
Buddha dan ananda sedang mengumpulkan dana makanan di sebuah kota. Mereka melintasi sebuah took penjual ikan asin. Buddha berkata, ‘Ananda, sentuhlah tali gantungan ikan-ikan itu, lalu siumlah jarimu.” Ananda dan menurutinya dan berkata, “ begitu pula dengan persahabata. Jika kamu berteman dengan orang jahat, kamu akan ketularan jahat. Ini sama seperti bau tali penggantung ikan asin itu.”
Selanjutnya, mereka melewati toko penjual rempah-rempah. Buddha berujar,”Ananda, sentuhlah bungkus rempah-rempah itu, lalu cium jarimu!” ananda melakukannya dan menjawab, “baunya harum.”
Lalu Buddha berkata lagi, “begitu pula dengan persahabatan. Jika kamu berteman dengan orang bajik, kamu akan ketularan bajik. Ini sama seperti bau pembungkus rempah-rempah itu.
Jika bergaul dengan orang yang vaik dan jujur kalian akan ketularan jadi orang baik. Jika kalian bergaul dengan orang yang jahat dan mala, kalian akan ketularan jadi orang jahat.
MORAL DAN SILA
Moralitas atau síla, merupakan dasar atau pondasi dari serangkaian latihan dalam pengembangan kecerdasan moral. Orang yang cerdas secara moral adalah orang yang mampu berperilaku berbudi, bermoral, saling mengasihi, bersikap bijaksana, sopan, murah hati, memahami orang lain dan bertindak berdasarkan pengetahuan dengan kelembutan hati, dalam agama Buddha ditunjukkan dengan pelaksanaan síla atau etika yang murni dalam kesucian sila.
Fenomena-fenomena yang terjadi menunjukkan perilaku yang menyimpang dari nilai moral dan norma yang berlaku. Manusia secara sosial mengalami gejala sosiopatik (pathologi sosial), anomie, alienasi, dan sejenisnya. Tindak kriminal seperti pemerkosaan, penindasan, perampokan, penodongan, tawuran, dan aksi terorisme hingga kejahatan tingkat tinggi (white colar crime) seperti korupsi, kolusi, nepotisme yang marak akhir-akhir ini menunjukkan ketidakcerdasan moral manusia. Kejujuran, kebenaran, dan keadilan telah tertutup oleh penyelewengan-penyelewengan (ringan maupun berat), diantaranya tidak ada sikap saling menghormati, tenggang rasa, meningkatnya budaya konsumerisme, adu domba, fitnah, menjilat, menipu, berdusta, maupun mengambil hak orang lain.
Berbagai fenomena yang terjadi pada dasarnya disebabkan oleh munculnya kebencian, keserakahan, maupun ketidaktahuan. Beberapa faktor yang menjadi penyebab kemerosotan dan ketidak-cerdasan moral, antara lain: (1) kurang tertanamnya rasa keberagamaan dalam masyarakat; (2) keadaan masyarakat yang kurang stabil; (3) pendidikan moral yang kurang terlaksana sebagaimana mestinya; (4) suasana rumah tangga yang kurang baik; (5) pengenalan obat-obatan serta alat-alat anti hamil (kontrasepsi) secara transparan; (6) banyaknya tulisan, gambar, siaran, serta kesenian yang tidak mengindahkan dasar dan tuntunan moral; (7) kurangnya bimbingan untuk mengisi waktu luang (leisure time) dengan cara yang baik, dan membawa ke arah pembinaan moral; (8) kurangnya tempat-tempat bimbingan dan penyuluhan bagi anak-anak dan remaja (Darajat, 1977: 13).
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi berbagai fenomena yang terjadi adalah dengan meningkatkan kecerdasan moral sebagai suatu sikap dan sifat individu yang memiliki hasrat untuk bersikap bijaksana, sopan, murah hati, dalam kerelaannya melihat dunia. Bertindak berdasarkan pengetahuan itu dengan kelembutan hati sebagai suatu bentuk kecerdasan moral, merupakan suatu pengembangan kemampuan atau kesempurnaan manusia dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari berdasarkan pada etika atau síla sebagai landasannya.
Kesadaran moral secara praktis perlu ditumbuhkan sejak dini, dimulai dari keluarga sebagai unsur pokok dan lingkungan sebagai faktor pendorong dalam pelaksanaan pendidikan moral yang diterangkan sebagai perpaduan sistem latihan untuk membentuk batin yang berkualitas dan mampu serta bisa merealisasi kebahagiaan, berfungsi sebagai pendorong dan faktor terpenting dalam melatih diri serta tindakan untuk menghentikan perbuatan yang tidak baik sebagai perwujudan kualitas tanpa cela pada orang bajik atau memiliki síla, dilanjutkan dengan pelaksanaan perenungan dan konsentrasi atau samädhi serta pandangan dan pengertian benar yang ditunjukkan dengan kebijaksanaan (pañña).
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengungkap serta menemukan sistem pengembangan kecerdasan moral dalam pandangan agama Buddha. Penulis menyusun suatu kajian pustaka tentang kecerdasan moral yang dikemas dalam penelitian kajian pustaka yaitu Pengembangan Kecerdasan Moral dalam Perspektif agama Buddha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar